Rabu, 21 Oktober 2020

Legenda serta Mitos di Balik Meletusnya Oro-oro Kesongo


ZONAKONSPIRASI- Legenda serta Mitos di Balik Meletusnya Oro-oro Kesongo. Kejadian meletusnya Oro-oro Kesongo di Blora menguak cerita legenda serta mitos di teritori ini. Dari sembilan orang apes yang ditelan ular, sampai 9 ajudan yang luruh.

Oro-oro Kesongo ini ada di Dusun Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Letusan yang berlangsung dalam tempat itu keluarkan material lumpur serta gas, hingga menggegerkan masyarakat seputar.

Dibalik kejadian itu, ada narasi legenda serta riwayat dengan turun turun. Kepala Dusun Gabusan Parsidi menjelaskan, legenda narasi dongeng turun turun yang dikatakan orang sebelumnya, teritori Kesongo itu awalannya bercerita 9 orang yang memiliki nasib apes.

"Saat itu ada 10 orang orang yang kehujanan. Ke-10 orang itu pada akhirnya putuskan berlindung dalam gua yang berbentuk seperti mulut ular," kata Paraidi waktu dikontak detikTravel, Kamis (27/08/2020).

Parsidi menerangkan, tetapi sebab satu orang mempunyai penyakit kulit, 9 orang bekasnya menampik seorang yang mempunyai penyakit kulit untuk masuk ke gua.

"Yang seseorang itu didiamkan kehujanan di luar. Waktu kehujanan di luar, seseorang itu tiada menyengaja memukul-mukul tembok gua dengan senjata tajam yang umum dipakai untuk cari makan hewan ternak," ceritanya.

Tiada diakui rupanya gua itu adalah jelmaan ular raksasa yang tengah bertapa. Serta pada akhirnya terasa terusik, mulut ular langsung tutup. Dengan automatis 9 orang yang berlindung dalam mulut ular barusan tertelan. "Narasi legendanya semacam itu sampai diberi nama Kesongo," ujarnya.

Tetapi bila dirunut dari riwayat, Pengamat Riwayat Kabupaten Blora, Eko Bijakianto (43) menjelaskan, berdasar catatan buku babat Kanung, riwayat perjalan orang Jawa 230 SM - 1292 M. Dulu di tahun 725 Masehi ada figur yang arif. Dia berawal dari Medang Kamulaan, Teluk Lusi Blora.

"Masih garis turunan Datsu Dewi Simaha. Pemuda ganteng serta berkarisma itu namanya Hang Sanjaya," kata Eko.

Eko menjelaskan, Sanjaya ialah anak dari pasangan Sanaha serta Saladu. Dia dilahirkan di Sucen, Doplang atau saat ini diketahui Kecamatan Jati, Blora, Jawa tengah atau dulu disebutkan Medang Pakuwon di akhir era ketujuh Masehi.

Di saat itu pamannya yaitu namanya Sana barusan dipilih jadi datu di Galuh Kerajaan Tarumanegara. Tetapi tidak selang berapakah lama, Sana wafat dengan mendadak.

"Sana wafat karena diracun oleh konspirasi yang berlangsung di istana Galuh sebab persaingan perebutan kekuasaan," terangnya.

Pangeran dari Kerajaan Tarumanegara ini pengin merampas tahta dari tangan Sana, lalu dia dibantu istrinya sukses meracun Sana.

Mayat Sana oleh beberapa penganutnya dibalsam supaya tidak memunculkan berbau tidak lezat. Selanjutnya mayatnya dibawa pulang ke daerah halamannya di Sucen, Doplang, Medang Pakuwon, Blora.

"Dia diantar oleh 9 orang ajudannya serta seorang pekathik (pelayannya yang bekerja pelihara kuda)," paparnya.

Tetapi sesampai di Medang Pakuwon kakak wanita Sana yang namanya Sanaha jadi murka serta memerintah sembilan orang ajudannya dibunuh sebab dipandang tidak sanggup membuat perlindungan keselamatan adiknya.

Cuman seseorang yang didiamkan selalu hidup yaitu seorang pemelihara kuda yang dipandang orang kecil serta tidak paham duduk kasusnya.

"Dari sana ada cerita narasi papar mengenai Kesongo, yakni matinya 9 orang yang ironis serta menegangkan," ujarnya.

Tempat sembilan orang pembantu Sana dibunuh saat ini diberi nama Kesongo, yang saat ini oleh masyarakat disebutkan Oro - Oro Kesongo, di Dusun Gabus, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Tempat terbunuhnya sembilan orang saat ini berbentuk bentangan daratan rendah dengan tanah berlumpur. Semburan lumpur dapat capai 3 mtr..

"Dalam tempat itu ada tanah berlumpur yang kerap menyemburkan lumpur yang dibarengi gas belerang yang mengakibatkan banyak burung serta hewan mati sebab keracunan," tuturnya.

Karena semburan lumpur dengan berbau gas belerang itu banyak hewan mati serta warga tak perlu susah-susah memburu cari makanan.

Eko menjelaskan, Di tahun 416 M, Keraton Medang Kamulyan di hilir sungai Lusi Blora telah padat warganya. Beberapa warga beralih mengarah Barat Daya telusuri Sungai Lusi sampai capai rimba jati di daerah Blora Selatan. Beberapa pendatang membuat pemukiman baru. Daerah itu dinamakan Pakuwuan atau Pakuwon dengan tempat kedaton di Sucen.

Kedaton dipegang dengan seorang wanita namanya Sanaha. Sanaha ialah kakak wanita Sana penguasa Galuh Kerajaan Tarumanegara yang disebut garis turunan Kandayun.

"Medang Pakuwon saat ini terdapat di Dusun Kesongo, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa tengah. Sanaha jadi jatuh di Medang Pakuan di tahun 696 Masehi," tutupnya.

UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com