Jumat, 01 Mei 2020

Asal Mula Kuntilanak, Fakta atau Fiktif

ZONAKONSPIRASI- Asal Mula Kuntilanak, Bukti atau Fiktif. Hasil dari riset sepanjang tahun, saya temukan keganjilan dari beberapa teori yang telah tersebar. Riset itu berdasar historis yang tercatat serta diabadikan dalam catatan-catatan pada saat itu. 

Keganjilan teori awalnya, terdapat pada baju yang dikenai kuntilanak. Jelas sekali, baju itu sejenis daster. 

Berdasar bukti-bukti penampakan kuntilanak, entahlah itu dokumentasi berupa photo, entahlah video, semua kenakan pakaian daster, tidak ada yang kenakan pakaian disamping itu. 

Baju daster, masuk ke Nusantara pada era 17, bertepatan hadirnya bangsa Eropa, diantaranya Belanda. Tidak mungkin, kehadiran kuntilanak telah ada sebelum era itu. 

Beberapa versus riwayat timbulnya kuntilanak, memeriahkan literasi di tanah air. Tetapi, tidak satupun yang menyentuh darimanakah aslinya baju yang dikenai kuntilanak ? macamnya apa ? bagaimana dapat dikenainya ? 

Semua literasi yang ada sekarang, bercerita asal-usul kuntilanak, dari bentuk manusia menjadi makhluk astral, dengan beberapa cerita serta tempat yang berlainan. 

Memang, bangsa Eropa, terutamanya Portugis, telah datang di Jayakarta pada era 16, tapi mereka lelaki, dengan status pedagang antar benua. Kecuali pedagang, mereka bawa kemampuan militer untuk kuasai perdagangan di Jayakarta. Tidak mungkin lelaki kenakan pakaian daster, seperti biasanya dikenai wanita. 

Peluang awal munculnya kuntilanak, ada di seorang Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal daerah kongsi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang ke-4 (18 April 1618 sampai 31 Januari 1623) serta ke enam (30 September 1627 sampai 21 September 1629). 

Dari peluang, ada simpulan, kuntilanak bukan produk lokal atau dalam negeri, tetapi produk import. Timbulnya kuntilanak, tidak terlepas dari perwujudannya yang memakai baju daster. 

Simpulan itu bukan tanpa ada fundamen, perlu dikenang, baju wanita nusantara pada saat itu, tidak mengenali tipe daster, tetapi baju tradisionil, baik tipe atau bahan yang dipakai, bergantung keunikan masing-masing wilayah. 

Tidak mungkin, baju daster dipakai wanita nusantara waktu itu, sebab mereka telah mempunyai keunikan yang telah ada, serta sebaliknya, keunikan itu tidak dipakai wanita Eropa. 

Di tahun 1619, J.P. Coen bernafsu membuat koloni baru di Batavia, serta mengubah peta kekuasaan perdagangan, sekaligus juga mengidentifikasi bangunnya masa kolonial Hindia Belanda di bumi nusantara. 

J.P. Coen mengirim surat keinginan pada Raad van Indie, supaya diantar perempuan-perempuan dari Belanda, untuk tinggal di Batavia, serta dibuat pegawai VOC dengan kontrak kerja. 

Disamping itu, semua pegawai serta militer VOC, diharuskan datangkan istri-istrinya dari Belanda untuk tinggal di Batavia. Tidak itu saja, J.P. Coen minta dihadirkan beberapa pekerja profesional, seperti pakar bangunan, pakar hukum, pakar ekonomi, pakar tata negara, tenaga kesehatan, serta pebisnis dari Belanda. 

Di tahun 1620, imigran pertama dari Belanda datang di Batavia dengan kapal Mauritius, diikuti 7 tahun selanjutnya, persisnya tahun 1627, Eva Ment, istri J.P. Coen datang di Batavia. 

Disangka, pertama kali timbulnya kuntilanak, bermula dari hadirnya imigran pertama yang didominasi wanita. Kehadiran imigran pertama itu, pastinya bawa baju serta peralatan dari Belanda, diantaranya daster. 

Makhluk astral mempunyai potensi penyamaran, tapi penyamaran tersebut perlu objek, serta objek itu mengambil sumber dari benda yang dipakai manusia, diantaranya baju daster yang dipakai beberapa orang Belanda pada saat itu. 

Versus lain timbulnya kuntilanak, mengacu momen eksekusi hukuman mati pasangan Sara Specx serta Pieter J. Cortenhoeff di tahun 1629, selesai J.P. Coen memutuskan kedua-duanya untuk terdakwa masalah perzinahan. 

Menurut undang-undang yang berlaku pada saat itu, hukuman mudah aktor perzinahan ialah hukuman penjara, sedang hukuman berat ialah hukuman mati. 

Sebelum Pieter J. Cortenhoeff diberi hukuman menggantung, muka, serta hidungnya dicoreng arang sampai hitam. Dari situlah, ada arti hidung belang, yang sampai sekarang masih dipakai serta masuk dalam buku kamus bahasa Indonesia. 

Sedang Sara Specx, sebetulnya ialah anak angkat J.P. Coen, tetapi "lacur" atau apes, J.P. Coen semakin mengutamakan tekadnya menjaga bangku Gubernur Jenderal, dengan jaga nama bagusnya. Dari kata lacur itu ada kata "pelacur ", serta kata itu masih dipakai sampai sekarang, dan masuk dalam buku kamus bahasa Indonesia. 

Dari Sara Specx berikut, sangkaan timbulnya kuntilanak, yang dapat disebutkan makhluk astral tipe baru atau "new entry" pada saat itu. Momen menjadi narasi seram yang diselimuti misteri, mistis, serta mitos. 

Tentu saja, kedatangan kuntilanak meningkatkan jejeran makhluk astral yang terlebih dulu diketahui warga waktu itu. 

Timbulnya kuntilanak, diprediksikan se-jaman dengan timbulnya sundel bolong, sebab perwujudan sundel bolong hampir seperti, saling kenakan pakaian daster, bedanya terdapat pada bagian punggung sundel bolong. 

Versus lain, kehadiran istri J.P. Coen, Eva Ment, di Batavia di tahun 1627. Untuk istri Gubernur Jenderal yang erat dikaitkan dengan kehidupan serba glamor, seperti mengumpulkan banyak baju, tidak tutup peluang, diantaranya sejenis daster, serta tentu saja dalam jumlah yang banyak. Dari sini, kuat dugaan asal-usul baju yang dipakai kuntilanak sampai zaman saat ini. 

Laporan timbulnya makhluk astral berbentuk kuntilanak beberapa tempat pada era 19, sudah tiba ke telinga petinggi pemerintah Hindia Belanda. 

Tidak ingin dihubungkan munculnya makhluk astral kenakan pakaian daster, pemerintah Hindia Belanda mengarang narasi fiktif yang dibuat literasi asal-usul kuntilanak. 

Literasi itu ditebarkan ke beberapa wilayah dengan masif, supaya dakwaan munculnya kuntilanak datang dari beberapa orang Belanda, tidak bertumbuh, serta hilang. Hingga, warga pada saat itu menyangka munculnya kuntilanak datang dari dalam negeri, tidak dari beberapa orang Belanda. 

Selain itu, timbulnya makhluk astral, tidak terlepas dari munculnya satu adat. Salah satunya adat yang bertumbuh ditengah-tengah warga, yakni saat ada wanita hamil, ada rutinitas (saat ini telah langka) tetap bawa paku, pisau, serta gunting jika melancong ke mana saja atau menempatkannya di dekat tempat tidur bayi. 

Betul tidaknya teori saya mengenai asal-usul kuntilanak, minimal memberikan tambahan literasi sekitar tipe makhluk astral. Apa saja logikanya, darimanakah persepsinya, minimal kehadiran makhluk astral disekitar kita, memberi warna cerita-cerita yang bertumbuh ditengah-tengah kehidupan warga. 
UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com