Minggu, 04 Oktober 2020

Tindakan Intimidasi Brenton Tarrant Satu Konspirasi?

Tindakan Intimidasi Brenton Tarrant Satu Konspirasi?

ZONAKONSPIRAI- Tindakan Intimidasi Brenton Tarrant Satu Konspirasi?. Penembakan beringas ke-2 masjid di Selandia Baru, masjid Al Noor serta masjid Linwood, pada Jumat, 15 Maret 2019, aktor namanya Brenton Tarrant yang lahir di Australia. Tarrant yang disangka berumur akhir 20-an, ialah pelatih kesehatan dalam suatu club olah raga namanya Big River Gym berada di utara kota Grafton, negara sisi New South Wales, Australia.

Dia menyiarkan dengan cara online serta mendatangkan manifesto 74 halaman berjudul "The Great Replacement". Salah satunya yang memantik perhatian publik ialah masalah senjata yang dipakai aktor dimana ditulisi dengan beberapa tulisan memiliki warna putih.

Serta, Pertama Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menjelaskan kantornya terima satu "manifesto". "Saya ialah satu diantara seputar 30 orang yang menerimanya. Manifesto itu tiba sembilan menit sebelum gempuran berlangsung," sebut PM Ardern ke mass media di Christchurch, Selandia Baru, Minggu 17 Maret 2019.

"(Manifesto) itu tidak mengatakan tempat, dan tidak menjelaskan detil detil," lanjut ia. Dua menit sesudah diterima serta dibaca, manifesto itu langsung diberikan PM Ardern ke kewenangan keamanan Selandia Baru.

PM Ardern akui membaca beberapa "komponen" kunci dari manifesto itu, yang dikatakannya berisi teori konspirasi serta pandangan berlebihanis sayap kanan.

"Bukti jika ada satu manifesto berisi pandangan berlebihan berkaitan gempuran ini, tentunya benar-benar mencemaskan buat kita," papar PM Ardern.

Menarik judul dokumen itu yang mempunyai nama sama juga dengan teori konspirasi yang dari Prancis.

Dalam manifestonya, Tarrant menulis: "Saya sudah membaca tulisan-tulisan Dylann Roof serta banyak yang lain, tapi cuman betul-betul ambil ide sejati dari Knight Justiciar Breivik." Sebelum jalankan laganya, Tarrant mengakui pernah mengontak Breivik serta teroris itu juga ikut memberi "restu".

Disamping itu, tindakan Tarrant didasari pola sakit hati atas kematian Ebba Akerlund, seorang anak berumur 11 tahun yang terbunuh dalam gempuran intimidasi di Stokholm yang dilaksanakan Rakhmat Akilov pada 2017. Tetapi, apa saja itu, garis besar dari pola gempurannya ialah kedengkian pada imigran:

"[…] untuk memperlihatkan ke penjajah jika tanah kami tidak pernah jadi tanah mereka, tanah air kami ialah punya kami serta semasa orang kulit putih masih hidup, mereka tidak pernah mengalahkan tanah kami serta mereka tidak pernah gantikan kami."

Tarrant mengutarakan jika ia sudah berencana laganya dua tahun kemarin, serta tiga bulan kemarin dia putuskan laganya untuk dilaksanakan di Christchurch. Ia menyebutkan, walau Selandia Baru bukan "pilihan asli untuk serangan", tetapi negara itu cukup representatif sebab "kaya situasi yang sama dengan dimana juga di Barat."

Simak kembali lagi nukilan manifestonya yang penuh akan kedengkian: "Serangan di Selandia Akan memfokuskan perhatian pada kebenaran gempuran pada peradaban kami, tidak ada tempat di dunia ini yang aman, beberapa penyerbu ada di semua tanah kami, serta di beberapa daerah terpencil di dunia serta tidak ada lokasi yang aman serta bebas dari imigrasi."

Dengan kedengkian seperti itu Tarrant lakukan laganya, membunuh 49 orang yang sedang melaksanakan ibadah, serta dengan bangga menjelaskan: "Saya cuman mengharap dapat membunuh semakin banyak penjajah, serta semakin banyak pengkhianat ."

Diketahui, manifesto itu mengatakan Tarrant untuk seorang lelaki kulit putih kelahiran Australia berumur 28 tahun dari keluarga berpendapatan rendah.

Sesaat, The Great Replacement sebuah teori konspirasi yang dipercayai golongan kanan mengenai menyusutnya populasi masyarakat kulit putih Perancis serta Eropa dengan cara skemaatis karena imigrasi massal, terutamanya dari wilayah Timur Tengah serta Afrika sub-Sahara.

Asal-usul teori itu bisa dicari dari novel berjudul Le Camp des Saints karya Jean Raspail, keluar pada 1973, yang memvisualisasikan robohnya budaya Barat sebab "gelombang pasang" dari beberapa imigran Dunia Ke-3. Novel itu dengan teori Eurabia yang ditingkatkan oleh penulis Swiss-Israel Bat Ye'or pada 2005, selanjutnya jadi pijakan Renaud Camus dalam mengeluarkan bukunya, Le Grand Remplacement yang keluar pada 2011.

Ide Camus tentang Great Replacement nantinya sering jadi referensi beberapa politisi sayap kanan Eropa saat berdiskusi tentang permasalahan imigrasi. Geert Wilders, politisi rasis asal Belanda yang rupanya turunan Sukabumi, ialah diantaranya. Teori itu ikut dipopulerkan juga oleh beberapa sayap kanan seperti Patriotic Europeans Against the Islamisation of the Occident (Pegida) di Jerman, Les Identitaires di Perancis, sampai blogger pseudonim dari Norwegia seperti Fjordman.

Ide Le Grand Remplacement semakin menggema dengan cara global ketika golongan nasionalis kulit putih di Amerika Serikat lakukan demo di Charlottesville, Virginia, di bulan Agustus 2017. Saat itu mereka sering meneriakkan: "Kalian tidak gantikan kami" sampai "Golongan Yahudi tidak gantikan kami". Saat peristiwa itu diketahui oleh Camus, dia memandang jika beberapa pendemonstrasi itu sudah lakukan kekeliruan interpretasi.

Menurut Camus dalam wawancaranya dengan Sarah Wildman dari VOX, "perubahan" yang dia tujuan dalam Great Replacement tidak sebatas perkembangan demografis di Eropa (atau Amerika) karena gelombang massal imigran, tetapi berlaku di segala hal.

"Saya pikirkan, itu berlaku untuk semua kerangka di dunia. Perubahan ialah pokok dari modernitas, hingga beberapa hal diganti (oleh industri). Objek ditukar, lanscape ditukar. Semua ditukar. Itu ialah ciri-ciri kehidupan ini hari. Tentunya itu berlaku untuk Amerika, sama seperti yang berlaku untuk penjuru dunia."

Karenanya juga, dia menampik keras bila gagasannya dikaitkan dengan sudut pandang golongan Neo-Nazi yang berlaku keras menampik imigran atau beberapa golongan pendatang yang lain: "Bila beberapa pengunjuk rasa itu ialah Nazi serta/atau anti-Semit, atau bila mereka lakukan gempuran (kekerasan), tentunya saya benar-benar melawan itu semua, serta saya tidak dapat menjelaskan jika mereka sudah di inspirasi dari saya."

Sikap yang serupa ikut dipertunjukkan Camus selesai pembantaian yang dilaksanakan Tarrant. Lewat account Twitternya yang selanjutnya diambil Foreign Kebijakan, Camus bersikukuh menampik mengaku jika gagasannya sudah mengilhami pembantaian itu serta mencela balik apakah yang dilaksanakan Tarrant.

"Saya menganggap kriminil, idiot, serta mengerikan," tulisnya. Dia mendakwa jika "aktor salah gunakan frase yang tidak dia pahami tujuannya".

Dalam esai ‘A Spectre Haunts Europe and The World. It Is Replacism‘ yang tampil di Conseil National de la Résistance Européenne (CNRE) pada 15 Januari 2018, Camus memang mengatakan supaya semua Eropa masuk menghalang "replacism", tetapi tidak dilandasi atas pengusiran pada ras atau golongan spesifik, tetapi di semua faktor, dan menyertakan spektrum Kiri atau Kanan.

"Apakah yang kita perlukan ini hari bukan partai baru, serta bukan juga Kanan yang berpadu: penampikan keseluruhan berkaitan ‘replacism', tidak perduli Kiri atau Kanan. Yang kita perlukan ini hari ialah bersama menjelaskan TIDAK pada Islamisasi serta penaklukan Afrika. Yang kita perlukan ialah Dewan Perlawanan Nasional, perlawanan Eropa, sebab semua negara Eropa diundang untuk berperang bersama-sama kami untuk kesejahteraan peradaban bersama-sama. Celt, Slav, Norman, Saxon, Germanic, Greco-Latin, Judeo Kristen serta beberapa Pemikir Bebas."

Kecemasan berlebihan tentang perkembangan demografi serta pengurangan populasi masyarakat kulit karena invasi imigran, wabilkhusus dari imigran Muslim, bisa dijelajahi dari ide apokaliptik Enoch Powell, seorang politik Inggris anti-imigran, yang dikasih arti: "River of Blood". Ide ini disampaikan Powell dalam pidatonya di tatap muka Partai Konvensional Inggris di Birmingham, pada 20 April 1968.

"River of Blood" ialah imajinasi Powell tentang akan timbulnya sungai-sungai penuh darah di Inggris yang dibawa oleh beberapa imigran. Arti "sungai darah" itu memang tidak dengan cara eksplisit disebutkan Powell, tetapi cuman alusi yang dia takik dari bait puisi Aeneid karya penyair Romawi, Virgil. "Saat saya lihat ke depan; saya dipenuhi oleh firasat; seperti orang Romawi yang lihat ‘Sungai Tiber berbusa dengan beberapa darah."

Pidato Powell itu dengan selekasnya mengakibatkan badai politik. Dia juga jadi politisi yang terbanyak dibahas, dan dipandang sudah mengadu domba Inggris. Karena pidatonya itu juga, Powell dikeluarkan dari Kabinet Bayangan oleh pimpinan Partai Konvensional saat itu, Edward Heath. Tetapi, populeritas sudut pandang Powell tentang imigran tersebutlah yang malah mainkan unsur penentu sampai Partai Konvensional mencetak kemenangan mengagetkan dalam penyeleksian umum tahun 1970. (*)

UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 

DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com