Kamis, 10 September 2020

Menjumpai Jemaat Teosofi Paling akhir Surabaya, yang Sering Dipandang Barisan Freemason

ZONAKONSPIRASI- Menjumpai Jemaat Teosofi Paling akhir Surabaya, yang Sering Dipandang Barisan Freemason. Ada di nusantara semenjak 1881, teosofi berubah melalui beberapa loji, punya pengaruh buat priyayi Jawa yang menjadi pendorong Indonesia merdeka. Sekarang, tersisa umatnya dicegat tuduhan sesat serta teori konspirasi.


Untung Susilo berjalan perlahan membelah jemaat yang dapat dihitung jemari. Dia mendekati satu bangku tua memiliki bahan jati, sambil duduk memandangi satu-satu anggotanya. Di hadapannya, terhampar satu meja bertaplak hijau. Di atas meja terkapar satu cawan, lonceng kecil, serta sebotol pasir. Pas di atas kepala Untung, terpacak papan kayu berupa ular yang melingkar, yang didalamnya ada bintang daud serta lambang manusia mesir kuno. 6 orang jemaat duduk melingkar mengitarinya.



Situasi yang awalnya bising dengan percakapan-percakapan, sesaat menjadi sunyi waktu untung berdeham. Dia juga ambil satu lonceng, diayunkannya 1x, serta mulai pejamkan mata. Pergerakan itu, diiringi lingkaran jemaat. Waktu meditasi mulai berjalan, dia ambil napas dalam-dalam, lalu merapal doa dengan suara sedikit bergetar.



"Oh…hidup terselinap
yang bergetar di tiap atom.
Oh, sinar terselinap
yang cemerlang di tiap makluk.
Oh, cinta kasih terselinap
yang merengkuh tiap semua dalam kesatuan.
Mudah-mudahan, siapa yang berasa satu denganMu
Dari itu mengenali jika dia satu dengan tiap lainnya."

Lonceng berdenting keras. Satu kali lagi. Untung memungkasi doa, serta jemaat mulai buka mata. Lingkaran dirapatkan. Analisis mengenai Teosofi di Surabaya, sore itu, diawali dengan khusyuk.



Altar beribadah Teosofi terdapat di jantung kota Surabaya. Walau berada di pusat kota, cuma segelintir orang mengenali tempat tepat tempat mereka. Dibalik ilalang setinggi orang dewasa, satu gedung berpenampilan kolonial sudah jadi kamp perkumpulan ini semenjak 1908 lampau. Tidak ada pemberi tanda yang pasti kecuali satu papan kayu lapuk tertulis "Sanggar Penerangan", dipasang di atas pintu gedung memiliki warna putih fasad itu.



Jemaat Teosofi cuma bergabung di gedung peninggalan Freemason ini saban dua minggu sekali. Persisnya, di minggu ganjil setiap bulan. Sesaat, minggu-minggu genap dipakai mereka untuk menyiarkan ajaran Teosofi di beberapa rumah jemaat yang ada di luar Kota Surabaya.



Untung Susilo ialah ketua Sanggar Penerangan. Dia mengemban kedudukan untuk ketua semenjak pemuka awalnya mangkat. Untung, yang sekarang ini tertera untuk anggota paling tua, harus harus mengantikan perintisnya. Dia teratur pimpin analisis Theosofi di setiap tatap muka.


Awalnya, Untung ialah penganut ajaran Terakhir Jati Titi Joyo Sampurno. Pendeknya, dia dahulu ialah seorang Kejawen. Sampai di akhir dasawarsa 80'an, dia putuskan geser kepercayaan, lantas memahami Teosofi. Kemantapan hatinya didapat sesudah seorang mitra, yang terlebih dulu jadi jemaat, ajaknya turut analisis Teosofi diawalnya tahun 1985.



"[Saya tertarik] sebab ajaranya logis. Sekitar ‘sebab' serta ‘akibat'. Tidak ada bercerita masalah doktin ketuhanan. Hidup kita ya dipastikan oleh tindakan yang sudah kita tanam. Arah kita sama, kok. Ke arah Tuhan. Hanya, langkah [ibadah] saja yang buat beda. Itu yang seringkali dipersoalkan," papar Untung.



Menurut untung, sebab pangkalnya ialah langkah pandang pada dunia, bukan agama, karena itu Theosofi tawarkan rasionalisasi atas beberapa hal. Dia yang semenjak kecil tidak sempat mengimani agama ‘formal', mendapatkan penerangan atas pertanyaan-pertanyaanya atas ide Ketuhanan. Khususnya, sebab Theosofi pelajari kesamaan semua agama. Lalu, Dia memberikan contoh, masalah hukum ‘tabur tuai', yang saling dipunyai agama Abrahamik seperti Islam serta Kristen.



"Di Al Quran serta Alkitab ada semua. Contoh di Alkitab, di Yakobus ada satu ayat yang menjelaskan, buah yang telah masak bisa menjadi masak bisa menjadi maut. Sebab akan turun, serta kita akan terima mengakibatkan. Semenetara kan ada juga ayat Al Quran yang menjelaskan 'perbuatanmu akan dikembalikan padamu. Seakan-akan kamu diberi hukuman oleh diri kamu sendiri'," jelas Untung.



Semenjak kecil, Untung dibesarkan ditengah-tengah keluarga kejawen tulen. Dia benar-benar tidak sempat di ajarkan serta mengimani agama ‘formal' yang disadari pemerintah Indonesia. Dia memandang agama yang cuma mengajari umatnya sekedar untuk ‘percaya' semata ialah satu ketidakwarasan. Untuknya, itu akar dari perpecahan yang berlangsung ini hari. "Sebab orang-orang berebutan kebenaran. Kebenaran atas yang mereka terlanjur percayai. Lah, itu kan tidak waras?" imbuhnya.



Hal seirama dilemparkan oleh salah satunya jemaat, Rudiyanto. Teosofi ini, menurut dia, ialah ajaran yang tidak semerta-merta memberi doktrin yang perlu diimani umatnya. Teosofi malah lekat dengan analisis science serta pengetahuan filsafat.



"Konsep saya Teosofi ialah ilmu dan pengetahuan, sekaligus juga membuat waktak serta dedikasi. Dipersingkat SMP: Studi, Meditasi, serta Dedikasi. Itu tidak dapat dipisah. Jika dibagi, dapat bubrah pandangannya," jelas Rudy.



Umur Rudi semakin lebih muda dibandingkan Untung. Tetapi, perjalanannya melalui lautan pengetahuan Teosofi, bertambah panjang. Rudi semenjak kelas SMA jadikan ajaran ini untuk pandangan hidup. Dia awalnya ialah pengikut Konghucu. Semenjak mengenal Theosofi, Rudi berpaling.



Untuknya, menjadi seorang Theosofi sejati tidak dapat diminta. Dia tidak sempat memaksakan anak-anaknya, atau istrinya untuk ikuti jejaknya. "Teosofi itu ibarat panggilan hati. Dahulu saya saat pertama duduk, serta dengarkan ajaran ini, bertepatan ada sanggar di samping sekolah saya di Blitar, langsung berasa Haqqul Yaqin. Berasa Ainul Yaqin di hati," ingat Rudi.



Di golongan jemaat Sanggar Penerangan, Rudi diketahui untuk intelektual. Rudi terbanyak membaca buku-buku Teosofi. Dalam session analisis, Rudi sering dibuat referensi pustaka sekaligus juga bertindak selaku moderator. Seingatnya, dia telah membaca lebih dari 5.000 buku berkaitan teosofi.



Semua yang berada di kolong langit itu diulas oleh Theosofi. Dari mulai hewan, tumbuhan, tata surya, superhuman, Sebab teosofi itu datang dari kata theo yang berarti Ilahiah, atau ketuhanan. Serta Sofi, atau sofia yang ini berarti pengetahuan. Jadi ini ialah pengetahuan mengenai keilahiaan, tutur Rudi.



Ajaran teosofi dipopulerkan oleh seorang wanita berdarah Russia, Helena Blavatsky, yang dibantu seorang pendeta dari Amerika namanya Henry Steel Olcott. Dengan cara organisasi, teosofi baru berdiri akhir 1800-an.


Ajaran teosofi oleh sosiolog digolongkan untuk sudut pandang esoterisme ala Barat yang ciri khas Era 19. Karena itu, pergerakan teosofi jadi seringkali bergesekan dengan kesibukan praktisi Freemason di nusantara saat itu. Mereka seringkali share loji.



Sebab keserupaan ajaran, banyak faksi di nusantara menyamai teosofi dengan Freemason. Contohnya sama seperti yang dipercaya Budi Dalton, budayawan serta dosen di Bandung, waktu diwawancarai Lokadata. Teosofi adalah ajaran yang berupaya memperantai di antara agama serta ilmu dan pengetahuan untuk menjawab masalah hidup. Sesaat Freemason ialah pergerakan sosial memajukan peradaban manusia berdasar sains serta humanisme.



"Pergerakan Freemasonry tidak terlepas dari teosofi," sebut Budi.



Tetapi citra Freemason, termasuk juga di Indonesia, jadi negatif karena skema rekrutmen organisasi yang berkesan diam-diam serta penuh rahasia. Freemason, bersama-sama Illuminati, disampaikan pada sebuah tarikan napas bersama-sama teori konspirasi tata dunia baru, yang dipandang usaha kecurangan serta kuasai pemerintah beberapa negara dari balik monitor.



Anggapan ini biasa ada dari barisan antisemit, memandang Freemason ialah ciptaan Yahudi untuk kuasai dunia. Walau sebenarnya yang dilaksanakan Freemason semakin banyak membuat sekolah, mengadakan pekerjaan sosial, serta karena itu mengambil pemikir, pebisnis, atau seniman terpenting di satu negara untuk memuluskan jadwal penyempurnaan peradaban.



Teosofi tidaklah sampai terstigma kronis seperti Freemason. Jejak mereka di Indonesia ada dengan cukup positif, sebab kehadiran ajaran ini punya pengaruh pada perkembangan sudut pandang golongan priyayi ningrat Jawa saat itu, yang bisa menjadi pendorong kemerdekaan Indonesia, terutamanya beberapa pejabat Indische Partij.



Sasaran penting pengikut teosofi ialah jadi manusia prima. Yaitu suci jiwa serta raganya, dan harus mencecap asam garam kehidupan, jalani peranan untuk golongan papah sampai orang berpangkat. Jadi pemuka agama sampai pendosa. Serta yang penting, dapat jalankan tiga perintah teosofi dengan kaffah, termasuk juga merajut persaudaran antar umat manusia tanpa ada melihat kelompok, suku, ras, gender, serta tujuan seksual.


"Diantaranya ialah sempat jadi LGBTQ. Sebab, bila belum pernah memainkannya, pasti gagap bila hadapi oleh persoalan umat. Karena itu, buat kami tujuan seksual itu murni hak tiap manusia. Kita jangan membeda-bedakan. Ditambah lagi mengadili. Memangnya kita ini siapa kok berani mengutuk mereka?" jelas Rudi.



Memainkan hidup untuk minoritas di negara yang suka mendiskriminasi penduduknya bukan kasus gampang. Memahami teosofi lebih dari setengah hayatnya, membuat Untung atau Rudi kenyang dengar celetukan sinis dari warga seputar. Seringkali kedua-duanya disebut gila, serta ditunjuk sesat. Tetapi, intimidasi itu tidak menurunkan keimanan mereka. Salah satu problema yang mengganjal pengikut teosofi ialah masalah mampetnya pergantian.



Dalam tempat kedua-duanya bernaung, Sanggar Penerangan, anggota sah yang tertera tidak lebih dari dua puluh orang. Sesaat, separuhnya telah seringkali aktif. Semua berumur di atas 40 tahun. Ada segelintir anak muda, tetapi mereka tidak teratur tiba. Jika masalah ini terus berlangsung, karena itu mereka yang masih tetap bergabung bisa disebut jemaat teosofi paling akhir.



Di Sanggar Penerangan anggota sah yang tertera tidak lebih dari 20 orang. Separuhnya telah jarang-jarang aktif, serta semuanya berumur di atas 40 tahun. Sebenarnya, beberapa jemaat bercita-cita jika nantinya sanggar mereka akan kembali lagi penuh. Beberapa ratus orang berdesakan dengar analisis, seperti di masa Orde Baru.


Tetapi, keinginan itu angslup waktu mereka mengetahui, menyiarkan ajaran teosofi dengan cara terbuka bisa menyebabkan nahas. Teosofi, untuk kolektif sudah terburu dicap sesat. Terakhir ramainya teori konspirasi memotong ruangan gerak mereka.



"Bayang-bayang akan direpresi warga pasti ada. Mereka terlanjut melabeli kita untuk sekte sesat, tanpa ada ingin berkomunikasi dahulu. Itu yang selanjutnya jadi tembok buat kita. Orang ingin masuk, justru takut lebih dulu," tutur Untung.



Walau ini hari jemaat mereka bisa dihitung jemari, mereka yakin teosofi tidak akan musnah demikian saja. Untung katakan, teosofi mengajari kepadanya langkah paling baik terima semua kekurangan manusia.



"Kita berdoa ya biasa saja, yang perlu perlakuan pada sesamamu tetap harus baik. Enak saja, setelah menyakiti orang, meminta ampun, supaya tidak dibalaskan. Tidak dapat begitu. Bagusnya, kita berdoa pada Tuhan yang berada di dalam. Di kita. Bapa ada pada saya, serta saya dalam bapa. Berarti apa? Tuhan itu siapa? Ya kita sendiri. Yakinlah pada diri kamu sendiri," tutup Untung.



Jam pendule berdentang 1x. Untung minta izin bergerak pimpin doa penutup. Lonceng yang sejak dari barusan digengamnya, dia ayunkan satu kali lagi. Jemaat tutup mata, serta Untung mulai berdoa.



"Saya dibuat oleh cahaya Illahi

Saya disanggah oleh cahaya Ilahi
Saya dilindungi oleh cahaya Ilahi
Saya dikeliling oleh cahaya Ilahi
Saya berubah dari cahaya Ilahi
Oh..si Surya"
UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com