Jumat, 15 Mei 2020

Kenapa Teori Konspirasi Benar-benar Menarik?

ZONAKONSPIRASI- Kenapa Teori Konspirasi Benar-benar Menarik?. Awalnya saya telah menulis beberapa alasan dengan sumber yang cukup dapat dipercaya untuk menyanggah klaim yang diserahkan pengikut teori konspirasi. Saya memahami benar jika alasan se-kuat apa saja susah untuk menjatuhkan keyakinan pengikut teori konspirasi. Paling-paling saya didakwa untuk kaki tangan elite global yang memuluskan agendanya. Dahulu, saya sempat didakwa demikian waktu berdiskusi dengan Flat Earth Community di komunitas daring. 

Jika betul elite global itu ada, tolong kabari saya. Saya ingin sekali dibayar untuk memuluskan propagandanya. 
Berdiskusi dengan beberapa pengikut teori konspirasi itu seperti dengan berdiskusi dengan beberapa fanatik agama. Ya, mereka mempunyai persamaan yang sama. 

Pertama, mereka percaya benar ada kemampuan yang ingin kuasai dunia. Entahlah itu Yahudi, elite global, Illuminati, Freemason dan lain-lain. Penguasa dunia itu ingin mengakibatkan kerusakan tatanan yang ada saat ini. Dari agama, negara, sampai ke jalinan sosial manusia. 

Ke-2, mereka percaya jika salah satu sumber kebenaran ialah info yang mereka terima. Semua yang berlawanan dengan kepercayaannya ialah salah. Selain itu ialah antek-antek elite global. Antek-antek Yahudi. 
Analisa yang dipublikasi dalam jurnal Psychological Ulasan tahun 2001, mengaitkan jika penalaran kita sebenarnya kerja seperti pengacara yang bela client-nya. Dia akan cari semua jenis pembenaran untuk melepaskan client-nya. 

Lihat fakta-fakta demikian, rasa-rasanya sia-sia saja kita memaparkan alasan dengan bukti serta data. Manusia cuma yakin dengan yang mereka ingin yakin. 
Kenapa Konspirasi Demikian Menarik? 

Seperti kata Profesor dalam serial Netflix, Money Heist, waktu jalankan operasi Kamerun. Profesor memberikan contoh menarik, tuturnya jika ada laga sepak bola di antara Brazil serta Kamerun, siapa yang terbanyak didukung? Tentu Kamerun. Cuma orang Brazil serta simpatisan team Brazil yang memberikan dukungan Brazil. Profesor mengatakan jika manusia condong bela suatu hal yang makin lemah, tidak diunggulkan. 

Ini berlangsung tahun 2016, waktu Leicester City sukses mendapatkan piala Premier League, kesemua orang bersuka cita. Tidak sama dengan tahun ini, banyak fans sepakbola yang mengharap Liverpool tidak berhasil merengkuh piala Premier League, termasuk juga saya. Kalau tempat Liverpool sekarang diganti oleh Watford FC, tentu beberapa orang yang ikhlas jika Premier League diakhiri dengan Watford FC untuk juaranya. 

Teori konspirasi kerja dengan sama. Tetap ada cerita jika kita (manusia umumnya) sedang dalam intimidasi dari kemampuan yang semakin besar, elite global. Menebarkan ketakutan. Playing victims. Waktu manusia berasa takut, rasionalitas menyusut. Teori konspirasi menggempur emosi paling primitif kita, ketakutan. Otak aktifkan model survival. Fight of flight. 

Studi neurosains dalam jurnal El Sevier mengatakan jika pemungutan ketetapan manusia didominasi oleh unsur emosional. Kita makin gampang percaya pada cerita yang mengutamakan faktor emosional. Oleh karenanya, pecandu teori konspirasi akan menantang apa saja alasan yang berlawanan dengan kepercayaan mereka. 

Satu riset yang dipublikasi di Applied Cognitive Psychology condong mempunyai satu persamaan: Mereka berasa kekurangan kendali atas hidup mereka. Mencemaskan ketidaktetapan. Teori konspirasi seringkali muncul waktu ketidaktetapan serta ketakutan sedang tinggi-tingginya. Ini lumrah, namanya lagi kritis. 

Ketidaktetapan mengakibatkan kekhawatiran. Untuk kurangi ketidaktetapan, orang perlu yakin pada satu narasi yang tawarkan kejelasan. Ini lah kenapa teori konspirasi banyak digemari. Sebab mereka tawarkan kejelasan. Mirip-mirip kan dengan fanatisme agama? 

Jurnal Cognition yang keluar di El Sevier mengaitkan jika orang yang yakin dengan teori konspirasi condong mempunyai tingkat potensi memikir analitis yang rendah. Memikir analitis ialah potensi untuk cari kesinambungan di antara karena karena hingga tingkatkan ketepatan penuntasan permasalahan. 

Otak kita berevolusi tidak untuk mengolah data. Itu lah fakta mengapa sains eksak jadi hal yang susah kita cerna. Kesamaan matematika, rumus, mode, teori begitu susah untuk kita cerna. Otak kita berevolusi untuk terima narasi, ini ialah salah satu potensi yang ada di manusia serta tidak ada di makhluk lain. Yuval Harari mengulas dengan benar-benar cemerlang pada bukunya, Sapiens. 

Tetapi, teori konspirasi memaparkan banyak data? Ya memang benar. Namun, mereka cuma tampilkan data-data yang mendukung ceritanya. Tidak lengkap. Semua konspirasi tentu lakukan itu supaya kelihatan rasional. Tapi kemampuan teori konspirasi ada di cerita ketakutan yang ditebarkannya. 

Kenapa Konspirasi Tumbuh Subur? 

Kecuali unsur psikologis yang membuat teori konspirasi digemari orang, ada juga beberapa faktor external yang meningkatkan subur teori konspirasi. Diantaranya ialah bobroknya performa lembaga sah, dalam kerangka ini pemerintah. Ini memunculkan tidak percaya. 

Teori konspirasi ada dari tidak percaya pada info yang ditawarkan pemerintah. Membuat cerita pilihan yang dipandang makin memberi kepuasan. 

Selanjutnya, ada internet mempermudah siapa juga memperoleh info. Dampak Dunning-Krueger berlaku di sini. Saat seorang tahu sedikit mengenai suatu hal, ia akan berasa jika dianya paling mengetahui. Mereka yang cuma tahu akan sedikit bicara banyak. Tong kosong keras bunyi nya. Kita mengenal benar arti ini. Ilusi ketidakjelasan. 

Secara singkat, orang bodoh akan berasa paling mengetahui. Ini lah pemicu pendakwah teori konspirasi jadi banyak. Karena, perlu membaca sedikit langsung berasa paling mengetahui serta banyak bicara. Ini adalah resiko dari internet, kita jadi pecandu kecepatan yang instant. 

Proses belajar untuk menggali info juga diacuhkan sebab kita inginkan suatu hal yang cepat. Walau sebenarnya, belajar atau memahami satu bagian khusus perlu memerlukan waktu yang tidak demikian singkat. 

Beberapa ahli yang banyak tahu sebenarnya banyak bicara, namun banyaknya sedikit hingga seringkali kalah suara dalam ruang umum. Demokrasi telah menginternalisasi dalam diri. Bukan hanya dalam soal pemilu, dan juga memiliki pendapat. Beberapa dari kita yang memandang semua opini sama nilainya, lepas dari pemula atau pakar. 

Ada pula unsur dari industri pendidikan, eh lembaga tujuannya. Akhir-akhir ini, lembaga pendidikan mengganti peranan murid – guru jadi customer – produsen. Resikonya, murid yang semestinya patuhi serta dengar apa kata guru jadi semena-mena. 

Sering kita dengar kabar orangtua murid yang tidak terima dengan nilai yang diberi guru pada murid. Lembaga pendidikan menjadi industri hingga memperlakukan murid seperti customer. Mereka cari keuntungan. 

Kejadian kuatnya kabar hoax, teori konspirasi, fanatisme agama dan lain-lain punyai satu benang merah yang sama: yakni beberapa ahli yang memahami satu bagian pengetahuan sekian tahun tidak didengar. Prof. Quraish Shihab, seorang pakar tafsiran terkenal dari Indonesia, saja seringkali jadi target penghinaan daring. 

Saya mereferensikan untuk membaca buku The Death of Expertise karangan Tom Nichols. Ini ialah buku yang banyak menerangkan mengenai kenapa beberapa ahli tidak didengar, hingga teori konspirasi ini tumbuh subur. 
Kita perlu banyak membaca untuk mencegah tersebarnya teori konspirasi. Tidak cuma membaca, tapi membaca dengan gawat. Membaca dengan memikir analitis. 
UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI

Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2025 ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com