Jumat, 19 Juni 2020

Periset Dapatkan Susunan Mirakelus Jauh Dalam Perut Bumi

ZONAKONSPIRASI- Periset Dapatkan Susunan Mirakelus Jauh Dalam Perut Bumi. Mereka memakai data gempa semasa 30 tahun paling akhir untuk menyelidik susunan aneh memiliki ukuran besar yang terdapat di dekat pokok Bumi.

Beberapa periset di Kampus Maryland mengetahui susunan luas yang dibuat bermaterial padat antara batas pokok Bumi yang cair serta sisi bawah mantel Bumi. Terdapat seputar 3.000 km. di bawah permukaan, susunan aneh ini diketemukan memakai algoritma machine learning yang awalannya ditingkatkan untuk menganalisa galaksi jauh. Penemuan mereka dimuat dalam majalah Science pada Kamis minggu kemarin.

Salah satunya susunannya baru kesempatan ini teridentifikasi, serta ada jauh di bawah permukaan Kepulauan Marquesas. Sesaat susunan yang lain di fundamen Hawaii memiliki ukuran semakin besar dari prediksi awalnya.

Dipimpin seismolog serta mahasiswa pascadoktoral Doyeon Kim, beberapa periset masukkan data beberapa ratus momen gempa bumi yang berlangsung selama 1990-2018 ke algoritma Sequencer. Machine learning ini sangat mungkin mereka untuk menganalisa 7.000 pengukuran gempa bumi—masing-masing dengan magnitudo minimal 6,5—yang mengguncangkan dunia bawah tanah di Samudra Pasifik dalam 30 puluh tahun paling akhir.

"Ini kali pertamanya kami dapat dengan cara skemaatis memperhatikan dataset besar yang meliputi kira-kira semua Cekungan Pasifik," Kim memberitahu melalui telephone. Walau susunan di kedalaman Bumi telah dipetakan awalnya, riset Kim menyediakan peluang langka untuk "menjadikan satu semua serta menerangkannya dalam kerangka global."

Gempa bumi membuahkan gelombang seismik yang melalui interior Bumi, lalu menyebar serta terdistorsi oleh susunan jauh di planet. Seismogram tangkap pola-pola meliuk ini, memberi seismolog pandangan sepintas ke dunia bawah tanah yang tidak mungkin dibuka.

Kim serta partnernya fokus pada seismogram yang dibuat gelombang shear (S) di selama batas di antara pokok serta sisi bawah mantel Bumi. Gelombang ini ialah gelombang lamban sekunder yang ikuti tremor awal dari gempa bumi—disebut gelombang primer (P)—dan membuahkan signal semakin jelas.

"Kami umumnya memakai gelombang S sebab amplitudonya semakin besar. Traffic-nya pun tidak sepadat gelombang P, jadi data yang dibuat semakin jelas," jelas Kim. Mereka dengan cara spesial cari gelombang shear yang menebar di selama batas inti-mantel. "Sehubungan gelombangnya menebar di permukaan itu, semakin lebih bagus cari susunan-struktur kecil ini di atas batas inti-mantel," sambungnya.

Gelombang shear akan membuahkan signal seperti gema "postcursor" saat menghajar susunan-struktur ini (Kim menerangkan prosedurnya dengan cara visual di situs pribadi). Gema-gema ini mengisyaratkan kehadiran susunan aneh padat, yang selanjutnya dinamakan Ultra Low Velocity Zonas (ULVZ), di tepian inti-mantel Bumi.

ULVZ berdiameter seputar seratus km., serta materialnya cukup padat hingga bisa perlambat gelombang yang melaluinya.

Dengan jalankan beberapa ribu seismogram lewat Sequencer, team periset mendapatkan signal postcursor terkuat di dataset mereka datang dari bawah permukaan Hawaii serta Kepulauan Marquesas. Ini menunjukkan ada dua "mega-ULVZ", zone yang melintang seputar 1.000 km., jauh di Bumi.

Meskipun susunan di Hawaii sudah dipetakan beberapa dalam riset sebelumnya, team Kim menghitung dimensinya rupanya jauh semakin besar dari prediksi awalnya. Disamping itu, menurut studi Kim, mega-ULVZ yang diketemukan di fundamen Kepulauan Marquesas sebagai wakil "penyimpangan kecepatan gelombang yang awalnya tidak diketahui".

Mega-ULVZ tidak cuma menarik sebab ukurannya, dan juga material eksotiknya yang telah ada semenjak Bumi belum mempunyai Bulan. Susunan aneh ini bisa berbentuk material yang meleleh beberapa sebelum Bulan tercipta, yang disangka periset untuk tabrakan raksasa di antara Bumi awal serta objek seukuran Mars yang berlangsung lebih dari pada empat miliar tahun yang lalu.

"Ini kemungkinan mengisyaratkan mega-ULVZ ialah susunan spesial serta memuat pertanda geokimia primitif yang relatif tidak tercampur semenjak riwayat Bumi awal," tutur Kim.

Riset Kim memperlihatkan pemakaian algoritma seperti Sequencer, yang memakai tipe proses spesial disebutkan unsupervised learning, dalam memproses dataset kompleks sama seperti yang diketemukan dalam bagian astronomi, seismologi serta ilmiah yang lain. Tidak sama dengan algoritma learning dipantau yang dilatih untuk mengurutkan info berdasar merek diketahui, algoritma tidak dipantau menyengaja ditingkatkan untuk mengeduk wacana dalam dataset tidak dicap.

"Bagaimana bila kita tidak paham ingin cari apa dalam dataset?" papar Kim. "Kami seringkali pikirkan pertanyaan ini sebab sisi bawah mantel masih penuh mirakel. Ini tidaklah heran mengingat sisi bawah mantel memang tidak dapat dibuka manusia."

"Dengan sequencer, kita dapat mendapatkan info penambahan yang terselinap di dataset," sambungnya. "Serta kami mendapatkan penataan maksimal dalam dataset tersebut. Sequencer cuma membenahi lagi dataset, serta tidak menggantinya benar-benar."

Mereka mengharap dapat meningkatkan langkah penilaian Bumi dengan mengecek gelombang frekwensi semakin tinggi yang kemungkinan membuahkan susunan mirakelus pada tepian inti-mantel lebih detil lagi. Beberapa periset mengharap datasetnya dapat diperlebar sampai ke seismogram dari bawah Samudra Atlantik.

"Kami berharap Sequencer bisa mempermudah kami untuk memperhatikan susunan sisi bawah mantel dengan cara skemaatis dengan memakai kelompok dataset yang benar-benar bermacam," simpul Kim. "Itu visi kami yang akan datang. Kami ingin pecahkan semakin banyak teka-teki berkaitan sisi bawah mantel Bumi."
UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com