ZONAKONSPIRASI- Tanpa atau dengan sosial media, teori konspirasi tetap menjamur. Teori-teori konspirasi tentang COVID-19 sudah menggerakkan orang bertindak beresiko serta beresiko dalam beberapa waktu paling akhir.
Tidak ada keterangan simpel kenapa orang yakin teori konspirasi semacam ini, serta ahli sekalinya cuma bisa menjelaskan jika pemicu kepercayaan semacam itu kompleks serta bermacam.
Tetapi jurnalis, aktivis, serta politisi makin mempersalahkan internet serta sosial media dalam untuk penebaran teori konspirasi.
Dakwaan yang diperuntukkan pada sosial media condong ambil bentuk cerita yang sama dengan banyak teori konspirasi.
Dakwaan itu dapat berbentuk satu anekdot, kemungkinan kesaksian dari sumber tepercaya seperti dokter yang mengakui jika perusahaan sosial media "bertanggungg jawab atas hilangnya nyawa".
Atau dapat berbentuk penggambaran publik untuk korban tidak berdosa di tangan beberapa pencatut internet jahat. Semua direncanakan untuk menarik beberapa orang yang telah condong tidak yakin pada korporasi serta perusahaan tehnologi.
Dakwaan seperti itu memiliki masalah sebab bukti-bukti yang ada memperlihatkan keadaan yang tidak hitam-putih.
Masa pra-internet
Teori konspirasi dibuat, ditebarkan, serta dipercaya orang jauh sebelumnya ada internet serta sosial media.
Presiden Amerika Serikat (AS) John Kennedy dibunuh pada November 1963. Selang beberapa saat sejumlah besar orang Amerika yakini jika si presiden sudah dibunuh oleh sekumpulan konspirator tidak diketahui – walau sebenarnya pengakuan sah menjelaskan jika aktor ada seorang pria membawa senjata yang sendirian.
Pada 1975, 80% orang Amerika yakin pada teori-teori konspirasi Kennedy.
Di akhir 1940-an, seorang mendapatkan puing-puing di gurun New Mexico di Roswell, AS. Pada 1997, 71% orang Amerika yakin jika pemerintah sembunyikan info mengenai UFO, 45% yakin jika alien sudah berkunjung ke Bumi serta cuma 25% yang yakin pada keterangan pemerintah mengenai apakah yang sebetulnya berlangsung di Roswell.
Jajak opini kami pada orang Amerika ungkap contoh-contoh teori konspirasi yang mendapatkan suport tidak sekitar teori JFK serta alien dari masa pra-internet.
Contohnya, teori-teori jika Presiden Barrack Obama memalsukan akta kelahirannya untuk dengan cara ilegal merampas bangku kepresidenan, serta jika pemerintahan Presiden George Bush atau barisan lain berada di belakang gempuran intimidasi 11 September cuma dipercaya tidak lebih dari pada 30% warga Amerika.
Tetap jadi pertanyaan apa teori konspirasi itu semakin luas serta lebih punya pengaruh di masa sebelum internet.
Ini dengan memperhitungkan contoh-contoh, contohnya barisan anti-komunis Red Scares pada era ke-20, kecemasan Illuminati pada awal era ke-19, atau pemburuan penyihir era ke-17.
Teknlogi bukan permasalahannya
Apakah yang kita melihat saat ini dengan COVID-19 bukan hal yang baru: teori konspirasi sudah bertumbuh selama riwayat manusia, serta sebab beberapa fakta.
Beberapa psikolog menjelaskan jika teori-teori ini ialah produk sambilan alami dari proses psikologis evolusioner yang terjahit ke DNA kita untuk menolong mengetahui intimidasi serta membuat perlindungan kita dari barisan saingan.
Sejarawan mendapatkan jika teori konspirasi sudah ada dengan teratur, dipakai oleh beberapa pimpinan serta barisan tepian, untuk menebarkan pesan serta membuat konsolidasi.
Lepas dari pola-pola yang seperti, teori-teori konspirasi berkaitan COVID-19 masih baru serta memusingkan. Teori-teori ini menyebar lewat YouTube, Reddit, Facebook, serta Twitter.
Tapi, opini-opini kekinian mempunyai beberapa kesalahan dalam penalaran. Opini-opini ini cuma lihat teori konspirasi spesifik, bukan pada beberapa unsur fundamen yang dipunyai oleh semua teori itu.
Di waktu dulu, video game, musik rock, tv, telephone, radio serta buku-buku ialah cara-cara komunikasi yang dituding untuk sumber penyakit warga baru.
Demikian pula, banyak situasi psikologis yang membuat teori konspirasi menarik buat orang malah sedikit hubungan dengan sosial media.
Ketidaktetapan, ketidakberdayaan serta kekhawatiran - perasaan-perasaan yang ada karena bertambahnya jumlah kematian, ekonomi yang hancur, serta isolasi sosial - akan diperparah oleh keadaan epidemi, serta tidak terkait dengan jumlah waktu yang dihabiskan orang di Faceboook serta Twitter.
Dalam kata lain, orang yakin pada teori konspirasi sebab beberapa fakta, baik sadar atau tidak sadar. Kita bukan sebatas kertas kosong atau domba-domba yang siap digiring pada beberapa ide yang diperlihatkan pada kita.
Studi paling baru serta mendapatkan bukti jika generasi muda yang tumbuh dengan internet dapat semakin pintar dibanding generasi awalnya berkaitan masalah info yang menyebar dengan cara online.
Generasi muda betul-betul mengaplikasikan "jangan yakin semua yang kamu baca di internet".
Lepas dari riwayat panjang teori konspirasi atau penebarannya belakangan ini di sosial media, teori konspirasi memang memunculkan permasalahan buat warga.
Tetapi, menimpakan kekeliruan pada sosial media itu salah serta malah membuat permasalahan semakin tidak usai.
Artikel ini ditranslate oleh Agradhira Nandi Wardhana dari bahasa Inggris.
Beberapa penulis tidak kerja, jadi konsultan, mempunyai saham atau terima dana dari perusahaan atau organisasi mana juga yang akan ambil keuntungan dari artikel ini, serta sudah mengutarakan jika dia tidak mempunyai afiliasi di luar afiliasi akademis yang sudah disebutkan di atas.
0 komentar:
Posting Komentar