Minggu, 05 Juli 2020

Beberapa tabib yang membuat perlindungan desa-desa India dari Covid-19

ZONAKONSPIRASI- Beberapa tabib yang membuat perlindungan desa-desa India dari Covid-19. Saat sekumpulan masyarakat di negara sisi Bengal Barat belakangan ini berkukuh akan membuat salat berjamaah di masjid lokal mereka walau menyalahi ketentuan penjarakan sosial ditengah-tengah epidemi virus corona, Mohammed Nizamuddin juga berlaga.

Untungnya, masyarakat yakin pada Nizamuddin. Mereka menyebut pria berumur 54 tahun itu "dokter" serta mendatanginya untuk memperoleh perawatan serta obat jika mereka berasa sakit.

Tetapi Nizamuddin tidak punyai ijazah dokter.

Ia salah satu dari seputar 100.000 tenaga medis informal di negara sisi itu. Beberapa dokter tanpa ada kwalifikasi ini sediakan service kesehatan pertama di beberapa puluh ribu desa di India.

Sering dipanggil untuk "tabib", tenaga medis informal umumnya lelaki berumur 40 tahunan, sempat jadi pembantu dokter berkompetensi semasa sepuluh tahun atau bisa lebih sebelum buka klinik mereka sendiri di desa. Di wilayah pedalaman India, tempat service kesehatan benar-benar terbatas, jumlah mereka semakin banyak dari dokter.

Mereka sediakan beberapa tipe perawatan klinis terkecuali operasi - walau mereka dapat memberikan suntikan vaksin serta menjahit cedera - serta mengacu pasien ke rumah sakit, jika sang pasien berasa perlu perawatan semakin. Beberapa negara sisi seperti Bengal Barat sudah melatih beberapa ribu tenaga medis informal semacam ini.

Pekerjaan mereka seperti dengan "tenaga medis non-dokter" di Afrika - sejumlah besar service kesehatan pedesaan di Kenya, contohnya, dilaksanakan oleh perawat serta petugas kesehatan. Mereka dibolehkan untuk bikin resep untuk beberapa tipe obat.

Di kampungnya di area Birbhum, Nizamuddin merayu tetangganya supaya tidak salat berjamaah di masjid.

"Terdapat beberapa desakan. Saya terangkan kenapa ini dapat berbahaya untuk kesehatan warga. Mereka dengarkan, serta pada akhirnya putuskan untuk bikin jamaah yang semakin kecil di beberapa tempat terbuka," kata Nizamuddin.

Saat karantina daerah untuk menahan penebaran infeksi diawali di akhir Maret, Nizamuddin tutup kliniknya yang sempit serta bersatu dengan tempat tinggalnya di area Birbhum.

Tetapi ia sangat terpaksa membukanya kembali lagi sesudah 3 hari saat kebanjiran panggilan dari banyak masyarakat desa yang memerlukan perawatan serta obat.

Masyarakat desa umumnya tiba padanya dengan keluh kesah sakit di perut, asma, flu sebab penyakit paru, serta cedera mudah. Untuk menjaga mereka, Nizamuddin simpan stock beberapa obat fundamen, nebulizer, kain kasa, serta perban.

Di waktu epidemi ini, ia mengecek tiap pasien yang tiba berobat ke kliniknya untuk tanda-tanda influenza serta infeksi aliran nafas.

Bila ada pasien yang memperlihatkan tanda-tanda, ia masukkan data contact mereka pada aplikasi pengawasan Covid-19 di hpnya. Info dalam aplikasi itu dikirim ke tenaga medis di ibu kota Kolkata, 200 km. jauhnya.

Nizamuddin memerintah semua pasiennya, yang umumnya adalah pekerja kebun, untuk kenakan masker serta membersihkan tangan dengan cara teratur. "Dengan diawalinya musim hujan, saya merasakan beberapa pasien flu. Jadi saya harus siaga," katanya.

Subrata Mandal, tenaga medis informal yang lain yang tinggal beberapa km. jauhnya, ada di garis depan pengawasan Covid-19 di delapan desa.

Sesudah seorang masyarakat berumur 35 tahun dipastikan positif Covid-19 sepulangnya dari kerjanya di Mumbai, Mandal mengendalikannya agar diisolasi. Bersama-sama 70 tenaga medis informal yang lain, ia selanjutnya bertandang dari pintu-ke-pintu di dua lusin desar, bagikan masker serta cairan pencuci tangan dan menyarankan masyarakat untuk mempertahankan kesehatan.

Mereka merekam info mengenai virus corona ke kaset serta memutarnya keras-keras dari mobil van yang mereka kendarai keliling kampung.

"Kita jangan meleng," kata Mondal, 49 tahun, yang stop sekolah sesudah SMA serta kerja untuk pembantu dokter sebelum buka kliniknya sendiri 12 tahun kemarin.

India cuma habiskan 1,28 % dari PDB-nya untuk kesehatan publik, salah satunya yang paling rendah di dunia. Salah satunya fakta tenaga medis informal semacam ini subur di India adalah begitu sedikit dokter yang kerja di pedesaan.

"Mereka dapat dihandalkan serta anggota paling dipercaya dalam komune yang mereka layani," kata Jishnu Das, profesor ekonomi di Georgetown University.

Studi paling baru oleh Profesor Das serta satu team periset dari India serta AS merasakan 68 % dari semua penyuplai service kesehatan di desa adalah tenaga medis informal yang tidak mempunyai kwalifikasi. Tetapi mereka mengetahui jika "peranan kunci" yang dimainkan oleh tenaga medis informal di pedesaan India "perlu pernyataan".

Di sejumlah sisi serta, beberapa periset mendapatkan, mereka sebetulnya "semakin berpikiran" mengenai kesehatan dibanding dokter berkompetensi, cerminan training klinis yang tidak rata antar beberapa negara sisi India.

"Bila tenaga informal dihitung untuk penyuplai perawatan penting, tidak ada kekurangan sdm - India akan mempunyai semakin banyak tenaga medis per masyarakat dibanding di pedesaan Eropa atau AS," kata Profesor Das.

Mengejar pecahnya epidemi, tenaga informal mainkan peranan yang penting dalam pengawasan masyarakat, memberikan laporan masyarakat yang memperlihatkan tanda-tanda demam serta influenza, serta mengantar orang ke pusat tes.

Salah satunya langkah untuk bikin beberapa tenaga medis ini semakin bermanfaat adalah memberikan mereka semakin banyak training.

Riset yang dilaksanakan sekumpulan periset, termasuk juga juara Hadiah Nobel ekonomi Abhijit Banerjee, pada 2016 mendapatkan jika walau dokter berkompetensi condong mengatasi masalah lebih bagus dibanding tenaga informal, "training sudah tutup sela dalam perlakuan masalah yang pas". Barisan nasional dokter berlisensi sudah dengan cara persisten mengatakan pekerjaan tenaga medis informal "ilegal".

Semenjak 2008, organisasi nirlaba yang berbasiskan di Kolkata, Liver Foundation sudah melatih tenaga-tenaga informal ini. Saat ini, pemerinta Bengal Barat memberi training di lebih dari pada 30 pusat training. Abhijit Chowdhury, yang mengurus organisasi itu, menjelaskan dalam banyak langkah, ia berutang nyawa pada tenaga medis informal.

"Seputar 45 tahun kemarin, saya digigit ular di dalam rumah saya di desa dalam satu malam. Kota paling dekat jaraknya 10km. Cuma ada satu telephone di desa," katanya.

"Keluarga saya menyebut 'tabib' lokal. Ia juga selekasnya tiba, bersihkan cederanya, memberikan saya pil anti alergi, menyebut ambulans, serta mengantarkan saya ke rumah sakit."

"Dapat disebut, ia loloskan nyawa saya malam itu."
UPDATE TERSEDIA LIVECHAT POKER757 
DENGAN VERSI ANDROID & IOS
KLIK DI BAWAH INI
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © ZONA KONSPIRASI | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com